Umang Belik:
Adalah Tri Wibowo BS yang menjebatani saya dengan seseorang dimana pada saat itu masih asing, ya! bahkan sangat asing.
"Ah!, siapa sih dia ?"
Melalui sebuah posting cover buku di facebook, Mbah Kanyut, demikian ia biasa dipanggil, menyertakan komentar; "meski saya sebagai editor punya hak prerogatif yang bisa saja mengacak-acak sebuah calon buku sesuai selera saya terhadap buku yang akan diterbitkan, tapi untuk buku ini jika saya menggunakan hak itu justru hanya akan mengotori esensi buku ini...”
Selesai membaca tulisan editor senior penerbit Kakilangit kencana dan memandang desain sebuah calon buku, saya berpikir untuk bagaimana caranya bisa membeli buku itu bila kelak terbit. Yang ada dalam benak saya, buku ini pasti sangat mahal (utk ukuran kantong saya), tapi bila ditilik dari isi dan kualitas serta nilai seni, harga menjadi persoalan ke seratus satu. Akhirnya saya memutuskan menabung agar pada saat buku itu tebit saya sudah siap membelinya.
Menuju tanggal terbit, facebook dibanjiri status dan komen-komen dan sejumlah jempol, hingga terbitlah buku yang saya diidam-idamkan itu.
Dengan menebeng saudara Zen, dan berbagai upaya termasuk nyasar kesana kemari, tibalah rombongan kami di kantor "Kaki Langit..." disitu sudah menunggu Mbah Kanyut beserta balad-baladnya. Rasa kangenpun meledak sesama warga Senthir tumpah diruang yang ber AC itu. Ngopi-ngopi, canda-canda, crengas-crenges pun pecah.
Newseum Art space, acara selamatan selesai produksi buku RUPA & KARAKTER WAYANG PUR |
Acara mengalir mulai sejarah penulisan buku "RUPA & KARAKTER WAYANG PURWA", seremoni penyerahan cindera mata kepada tamu undangan, kepada pembeli pertama, hingga ditutup dengan do'a oleh Gus Adib Machrus,... telah mampu menggambarkan demikian panjang perjuangan menuangkan sebuah kecintaan pada wayang. Meski hanya disisa-sisa suara yang bisa jadi itu berupa suara pantulan atau resonansi saja, saya masih sempat mendengar sebuah RAUNGAN itu.
Raungan seorang Heru S Sudjarwo.
Tokoh SENTHIR: Gus Adib, Bunda Sridem, Zen Mehbob dan Umang Belik bersama penulis (Kiri). Teman-teman SENTHIR, meramaikan acara selamatan (Kanan) |
Heru s sudjarwo, Gus Adib Machrus dan Zen Mehbob |
Pertemuan di GUCI (kiri), Bupati Tegal Agus Riyanto membeli buku R&KWP (kanan), foto bersama Bupati Tegal (Insert) |
Ia bercerita tentang bagaimana proses merancang dan membuat patung, proses desain piala citra, proses menyungging wayang, proses kreatif sebagai art driector, bahkan mengingat nama-nama lama didunia pentas dan seni seperti Pak Roedjito (almarhum ), sang master dalam penataan panggung, tentang Toeti Indra Malaon, tentang Niniek L Karim, tentang percussionist Dullah Suweleh dan lain-lain laksana sebuah perpustakaan yang tak habis dibaca.
Ternyata,... saya bertemu dengan bukan saja seorang pekerja seni, tapi keberadaannya sendiri sudah sebuah seni, brewoknya seni, gaya bicaranya seni, cara berpakaiannya seni, kerdipan matanya seni, tertawanya seni, selorohnya seni, denyut nadinya juga seni, bahkan jiwanya... ya! jiwanya itu sendiri sudah sebuah seni. Tidak percaya ?... mengenalah lebih dekat! dan jangan DEKATI DIA DENGAN BEKAL SEADANYA. Tapi saya nekad memeluknya dengan bekal yang bukan lagi seadanya, bener-benar tanpa bekal, ya! tanpa bekal sama sekali saya memeluk beliau, karena saya yakin, kearifannya akan menerima saya dengan apa adanya.
Tgl 9 Oktober 2010, dari jam 8 malam sampai pagi, saya, Gus Adib Machrus dan Mas Heru... berbincang di kediaman Gus Adib, ia mengatakan bahwa "Heru juga bisa sedih".
Saya menangkap banyak hal, saya faham bahkan bila saya bisa meski dengan lirih, akan saya katakan "Mas! apa yang bisa saya lakukan?",... ketika ketulusanmu dijawab dengan akal bulus, ketika komitmenm diu terhadap seni dijawab tipu daya, ketika kasih sayangmu dijawab dengan muslihat... Hiks!
Mas,... layar monitor ini mendadak buram, saya tidak bisa melanjutkan tulisan ini meski sudah pakai kacamata, tapi percayalah Mas, disini masih ada Mbah Kanyut, Aki Anwar, Kang Rumli, Gus Adib, Kang Zen, Mas Imam, Mbak Desiree, Mbak Pamella, warga SENTHIR secara keseluruhan yang memiliki keihklasan...menemanimu.
...terakhir ada saya Mas!.
Sitanggal
25 Oktober 2010
Umang Belik
Seorang Sahabat,
Belasan tahun berkelana di hutan-hutan Irian Jaya
sebagai Floor Director - Construction & Technical Surveyor
Sekarang mengelola beberapa Waralaba di Tegal.
Gemar Melukis dan menulis